Rabu, 06 Februari 2019

" Cinta kami tulus, bukan karena saling menerima kelebihan. Tapi kekurangan " .

Namaku Usef. Usiaku sekarang 33 tahun. Aku baru saja bercerai. Dan istriku yang meminta cerai. Alasannya- dia bilang : sudah tidak bisa mencintaiku lagi, sudah tidak bisa menjalani hidup bersamaku lagi. Atau sudah tidak bisa menerima keadaanku yang sekarang ini. Lima bulan yang lalu. Aku mendapatkan kecelakaan. Aku yang sedang menyendarai motor, tertabrak mobil dari belakang. Karena kejadian itulah. Kaki dan tanganku cacat. Dan wajahku penuh luka. Dan karena itu pula, yang membuat istriku meminta cerai dan meninggalkan kedua anakku yang masih kecil. Dia lebih memilih hidup bersama pria baru yang sedang dekat dengannya. Tampan dan mapan. Aku pasrah. Dan sadar diri dengan keadaan tubuhku ini. Dalam hatiku berkata 'perempuan mana sih, yang mau menerima keadaanku yang seperti ini ' . Karena kesadaranku ini. Aku sudah tidak memikirkan perempuan lagi. Atau niat untuk menikah lagi. Yang aku pikirkan sekarang adalah fokus beribadah dan menghidupi kedua anakku. Alhamdulillah aku masih bersyukur. Alhamdulillah aku masih bisa berkerja dan masih bisa beribadah sholat. Aku berkerja sebagai mandor kuli bangunan. Aku memiliki beberapa tukang. Jadi Apa yang aku kerjakan sedikit ringan. Aku hanya menyuruh tukang dan mengecek atau mengontrol hasil pekerjaan tukang. Bos-ku tahu tentang keadaan tubuhku. Namun dia masih percaya dengan hasil pekerjaanku dan masih bisa dipercaya untuk menyelesaikan proyek-proyeknya. Diwaktu malam hari. Sekitar jam 10 malam. Aku yang sedang santai beristirahat. Handphonku berdering, tanda ada pesan di aplikasi WA. Pesan itu dari Yuli. Sudah lama aku tidak tahu kabar darinya. Sejak dia sudah menikah. Kami sudah sangat jarang sekali berkomunikasi. Bahkan setelah aku menikah. Kami belum pernah berkomunikasi. Sejak aku menikah, aku tinggal di kota Jakarta. Sedangkan Yuli tinggal bersama suamiya didesa. Di kampungku. Ya kami satu desa atau sekampung. Rumah orangtua kami jaraknya tidak begitu jauh. Bahkan orangtua kami sudah saling mengenal baik. Dulu kami berteman. Bisa dibilang teman dekat. Kami sekolah ditempat yang sama. Kami mengaji ditempat yang sama pula. Bahkan setelah lama berteman. Kami lebih dari teman. Ya karena kami saling mengungkapkan perasaan suka. Perasaan cinta. Dan perasaan bahagia, disaat kami bersama, ngobrol bersama, bercanda bersama. Tapi kami tidak pernah pacaran. Karena orangtua yuli tidak membolehkan anaknya untuk berpacaran. Waktu itu aku masih berkerja sebagai kenek kuli bangunan. Sudah setahun lebih aku menabung. Dan aku pikir karena orangtua kami saling mengenal baik. Aku beranikan diri untuk melamar Yuli. Dan tidak pernah aku duga. Orangtua yuli menolak lamaranku. Alasannnya sederhana, mereka tidak ingin anaknya menikah dulu karena masih muda ( waktu itu yuli berumur 21 tahun ) . Aku terima alasan itu. Dan aku tetap menanti dia sampai waktunya tiba. Namun penantianku sia-sia saja. Buang-buang waktu saja. Karena Yuli menikah dengan pria pilihan orangtuanya. Setelah aku merenung, pantas saja orangtuanya menolak lamaranku. Aku yakin alasan sebenarnya bukan karena yuli masih muda. Tapi karena waktu itu pekerjaanku sebagai kenek kuli bangunan. Ya penghasilannya masih dibilang kecil. Sedangkan pria pilihan orangtuanya, dia adalah seorang manager marketing. Yuli menikah karena terpaksa. Bukan karena keinginannya sendiri. Dia berkata sendiri padaku. Seandainya dia bisa memilih, dia akan memilihku untuk menjadi suaminya. Aku tahu dia, dia perempuan baik. Rajin beribadah. Dia selalu menuruti keinginan orangtuanya. Dia selalu ingin menyenangkan orangtuanya. Dia rela meninggalkan keinginan-keinginannya. Dan dia rela meninggalkan cintanya. Hanya untuk berbakti pada orangtuanya. ________ Kembali ke cerita pesan WA. Yuli menanyai kabarku. Dan dia sudah tahu tentang keadaanku yang sekarang ini. Dia sudah tahu kaki dan tanganku cacat. Setelah lama kami chat dan telepon. Aku dikejutkan dengan cerita keadaan dia sekarang. Sudah dua bulan lebih. Dia sudah bercerai dengan suaminya. Suaminya yang meminta cerai. Dengan alasan - karena Yuli sampai sekarang belum bisa hamil atau masih belum bisa memiliki anak. Dan dokter pun sudah memvonisnya kalau keadaan yuli sekarang tidak akan bisa hamil atau memiliki anak. Mendengar ceritanya aku sangat sedih sekali. Dan merasa kasihan padanya. Perempuan sebaik dia, mengapa harus diberi ujian seperti itu. Aku masih belum bisa mengerti. Mengapa bisa terjadi pada dia. Sejak kami sudah saling tahu keadaan kami sebenarnya. Saat itu pula kami ngobrol sudah seperti dulu lagi. Masa-masa disekolah. Masa-masa ditempat pengajian. Dan aku merasakan sangat senang sekali. Karena masa-masa indah itu terulang kembali. Perasaan untuk tidak memikirkan perempuan lagi. Dan perasaan untuk tidak berniat menikah lagi. Tiba-tiba hilang begitu saja. Ya mungkin itu semua karena sikap hangatnya. Seakan menerimaku apa adanya. Menerima kekuranganku. Kedatangannya. Kehadirannya. Membuat semangatku lebih besar dari sebelumnya. Aku seperti hidup kembali. Benar-benar merasakan bahagia. Seakan aku baru pertama kali jatuh cinta. Ya tidak menunggu lama lagi. Kami sudah sangat dewasa. Karena dia mau menerima kekuranganku. Dan aku mau menerima kekurangan dia. Dan pula orangtua kami sudah saling merestui. Kami menikah. Pernikahan yang kedua kalinya- dengan cinta pertamaku. Begitu pula dia. Aku adalah cinta pertamanya. Akhirnya cinta kami yang dulu sempat terpisah. Kini cinta kami bersama kembali. Karena cinta. Cinta yang tulus. kami saling menerima kekurangan, bukan karena saling menerima kelebihan. Cinta itu manis. Dan ada pula pahitnya. Ya begitulah cinta itu indah. Ada yang lebih bahagia lagi. Mungkin karena kesabaran kami. Dan mungkin karena kepercayaan kami pada Allah. Dan pula mungkin karena doa kami dan doa kedua orangtua kami yang terus menerus. Satu tahun lebih setelah menikah. Istriku bisa hamil. Kami dan orangtua kami sangat bahagia sekali. Semoga ceritaku ini bermanfaat. Dan membuat kalian semangat untuk menjalani hidup ini. Aamiin. _________ Penulis Ipen Terimakasih.