sebelum menikah, aku belum pernah merasakan yang namanya
'pacaran', karena dikeluargaku, itu sudah tidak jaman lagi, pacaran akan
bisa mendekatkan diriku pada dosa.
alhamdulillah, begitu pun
dengan istriku, dia juga belum pernah merasakan pacaran, aku mengenal
istriku lebih dekat hanya dari keluarganya dan teman-temannya. pertama
aku jatuh cinta padanya, saat itu ada acara pengajian di masjid, dia
adalah salah satu perempuan yang mengisi acaranya dengan membaca Al
qur'an, terdengar alunan nada suaranya, yang bisa mengejukkan hatiku,
sangat menyentuh sekali. esoknya 'ku mulai merindukannya, dan ingin
mengenalnya.
meskipun tubuhnya sedikit gemuk, tapi senyumnya
sangat manis. setelah 3 bulan aku mengenalnya, aku mulai mencintainya
dan ingin melamarnya.
karena dia sedang mencari laki-laki yang serius, laki-laki yang berani melamar dan menikahinya,
aku
langsung saja menceritakan tentang dia pada orang tuaku, bahwa aku
mencintainya dan ingin menikahinya. alhamdulillah orangtuaku sangat
setuju dengan pilihanku.
dia, 'puri ayundari' dan keluarganya menerima lamaranku, sebulan kemudian aku menikah dengannya.
6 bulan sudah kami menikmati pernikahan, kami masih mendapatkan kebahagian didalam menjalani rumah tangga.
"abi ... abi .... bangun ...bangun donk sayang" , istriku memegang kedua pipiku dengan lembut, membangunkanku.
"........." aku terbangun, terlihat wajah istriku yang bersih dengan senyuman yang membuatku gemas.
"bentar lagi shubuh sayang ... " sambil merapihkan rambutku yang kusut,
aku
yang masih berbaring ditempat tidur, aku tersenyum padanya dan memegang
kedua tangannya, lalu berkata padanya dengan perasaaan "...... I love
you sayang .. " ,
dia pun membalasnya " I love you too abi ..." ,
"........."
"........."
kami saling memandang ... dengan senyuman yang penuh dengan aura cinta .
" sudah sana ... mandi, nanti telat loh.. " , istriku mengingatkanku untuk segera sholat shubuh.
sebelum
berangkat bekerja, istriku selalu menyediakan sarapan buatku, dan
selalu mempersiapkan pakaian yang aku pakai untuk bekerja.
untuk
menuju tempat kerja, aku harus naik kendaraan umum 2 kali, lumayan jauh
dari rumahku. aku bekerja dari jam 08.00 - s/d 17.00 . hari ini aku
lembur, munkin pulang, sampai rumahku sekitar jam 22.00, - , yang
biasanya setiap malam aku selalu makan bersama dengan istriku, tapi
sekarang aku telepon istriku, untuk segera makan saja sendiri dan bila
sudah ngantuk tidur saja, tak perlu menungguku.
sebelum tiba
dirumah, dari halaman terlihat lampu didalam rumah masih menyala, 'ku
buka pintu rumah, pintunya masih tak terkunci, aku pun bertanya-tanya,
'kenapa sudah malam begini pintu masih belum terkunci?' , tak lama
kemudian terdengar suara istriku sedang membaca Al qur'an. ternyata
istriku belum tidur dan dia sengaja menungguku, hingga akhirnya kami
makan malam bersama .
tahun 2001, ditempat kerjaku, ada
pengurangan karyawan, dan aku salah satu karyawan yang dikeluarkan dari
Perusahaan, tempatku mencari nafkah. aku sempat intropeksi diri, kenapa
harus aku yang dipilih, aku rasa kerjaku baik-baik saja, aku tak punya
nilai jelek di perusahaanku, dan aku pun merasa, sholatku, ibadahku
masih aku jalankan, ya.. munkin ini takdirku, aku harus tetap
mensyukurinya.
aku meminta maaf pada istriku, munkin dalam
sebulan atau lebih, aku belum bisa memberikan nafkah materi,
alhamdulillah istriku tetap masih memberi semangat padaku.
'ku coba mencari pekerjaan lagi, dalam sebulan masih belum ada panggilan dari perusahaan yang aku datangi.
dua bulan kemudian, tabunganku mulai habis, karena aku masih belum mendapatkan perkerjaan yang aku cari.
istriku
punya solusi, karena dia dan aku dari lulusan pesantren, dia ingin
membuka les private atau les dirumahku, mengajar anak-anak membaca Al
qur'an, dan upahnya seikhlasnya saja.
setelah beberapa minggu,
aku tawarkan pada tetangga-tetangga, teman-teman, alhamdulillah dalam
sebulan sudah ada 5 murid anak-anak SD dan upahnya waktu itu sebulan
mengajar, ada yang memberikan Rp.50,000, Rp.100,000, Rp.150,000, .
dua
bulan kemudian, dari hasil upah les, karena istriku pintar memasak,
paginya, istriku berjualan nasi uduk dan gorengan didepan rumah, aku pun
ikut membantunya.
satu tahun sudah kami jalani bersama, kamarku
yang kosong, kami jadikan khusus tempat pengajian anak-anak, yang
sekarang sudah berjumlah 56 murid.
sekarang kami masih menikmati hidup bahagia, hanya dari les mengaji dan berjualan nasi uduk, semoga berkah.
kebahagiaan ini, semua karena istriku, cinta yang sempurna.
selalu mensyukuri apa yang ada, kebahagiaan itu pasti datang ( pesan istriku ) .
Selesai ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar